Ahmad Rofiq As’ari tergabung dalam Komunitas Cipta Karya Goes (Cikago) yang masih rutin bersepeda setiap Sabtu dengan jarak tempuh minimal 20 kilometer hingga 30 kilometer. Pria kelahiran 1977 ini beralasan jika bersepeda memiliki sensasi tersendiri meski untuk mengawali di pagi hari terdapat kemalasan. Tetapi ketika lima menit pertama, tubuh dan otot sudah mulai menyesuaikan kondisi.
JOMBANG – Bisa karena terbiasa, hal ini yang menjadi alasan dasar seorang Ahmad Rofiq As’ari, ST. memilih bersepeda sebagai hobinya. Lantaran sejak duduk di bangku SD, dia selalu menggunakan moda transportasi tersebut sebagai teman setia saat beraktivitas.
“Artinya bersepeda menjadi rutinitas yang dilalui sejak dahulu sekolah hingga kini ketika sudah bekerja. Jarak tempuh saat dahulu bersekolah dari rumah di Desa Tengaran ke pust Kecamatan Peterongan sejauh lebih kurang 15 kilometer,” terang Ahmad Rofiq As’ari.
Pria yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar (SD) Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang bercerita, saat dirinya dulu bekerja di Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Jombang, selalu bersepeda untuk seluruh aktivitas kerjanya. Tugasnya saat itu melakukan survei lokasi hasil pembangunan serta perbaikan jalan. Sehingga memilih bersepeda kayuh untuk menjangkau secara detail pekerjaan lapangan. Bahkan terkadang hingga undangan rapat pun sering dilakoni dengan bersepeda.
Baca Juga : Sup Iga Bakar Membuat Lidah Bergoyang
Dari kegemarannya tersebut, Ahmad Rofiq As’ari tergabung dalam Komunitas Cipta Karya Goes (Cikago) yang masih rutin bersepeda setiap Sabtu dengan jarak tempuh minimal 20 kilometer hingga 30 kilometer. Pria kelahiran 1977 ini beralasan jika bersepeda memiliki sensasi tersendiri meski untuk mengawali di pagi hari terdapat kemalasan. Tetapi ketika lima menit pertama, tubuh dan otot sudah mulai menyesuaikan kondisi. Kemudian 10 menit selanjutnya terdapat suasana perasaan diri yang lepas dan tidak mampu diungkapkan dengan kata. Hal yang menyenangkan sehingga semua beban pekerjaan terasa hilang.
“Hal ini berbeda sensasinya ketika memakai beberapa jenis sepeda seperti Polygon Mountain Bike (MTB) Elsi, bagi saya akan terasa berada sebuah permainan laiknya roler koster. Jika saat menanjak akan terasa sangat berat, hal ini sama dengan melatih mental. Sehingga perlu dilakukan dengan penuh kesabaran, kekuatan dan target. Filosofinya sama halnya ketika kita bekerja pada target capaian,” jelas Pria yang juga gemari permainan catur ini.
Mengawali tahun 2019 ini, Ahmad Rofiq As’ari berpindah ke jenis sepeda roodbike. Sepeda untuk balap ini memiliki sensasi pada alur angin saat berkendara, seolah membelah angin dan melewati terowongan. Maka ketika tidak sesuai pada jalur yang dilalui, akan terasa berat mengayuh, hal ini disebabkan karena secara langsung terasa bertemu dengan hembusan angin yang utuh. Maka muncullah istilah roodbike sama dengan membelah atau terobos angin.
Terdapat beberapa koleksi sepeda jenis lainnya yang dikumpulkan sejak tiga tahun lalu. Diantaranya MTB Elsi, Richi Touring, Federal, Exsefolsos, dan yang terbaru sepeda balap roodbike Condennel. Dari kelima koleksi sepedanya, dia selalu berkeinginan mempercantik tampilan sepeda dengan menabung spread part.
Rofiq sapaan akrabnya bercerita, jika menginginkan ikut serta dalam Grand Fondo 100 kilometer. Grand Fondo merupakan kompetisi tingkat internasional. Dia ingin memiliki medali Grand Fondo dengan jarak tempuh 100 km bersepeda.
“Jika di Jawa Timur terdapat Grand Fondo 100 kilometer Bromo, dengan rute Surabaya hingga Wonokitri. Melakukan pemberhentian hanya satu kali di Pasuruan,” terang Ahmad Rofiq. ■ chicilia risca