Jaman sekarang, arus globalisasi bak air bah yang sulit dibendung. Menjadi kran kebebasan masuknya segala macam pemikiran dan budaya. Kemudahan informasi dan kecanggihan teknologi menjadikan manusia-pelajar cepat mengakses informasi baru.
Eni Mu'tamaroh I, S.Si, S.Pd*
Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan bangsa. Karena melalui pendidikan akan tercipta generasi berkualitas, sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003. Akan tetapi berbicara tentang pendidikan saat ini, sungguh memprihatinkan. Khususnya moral (adab) para pelajar. Kerap menjadi perbincangan diantara guru membandingkan pelajar jaman sekarang dengan dahulu. Dan kesimpulannya satu, pelajar jaman dahulu lebih sopan, tawadhu' dan menjaga tata krama daripada pelajar jaman sekarang.
Jaman sekarang, arus globalisasi bak air bah yang sulit dibendung. Menjadi kran kebebasan masuknya segala macam pemikiran dan budaya. Kemudahan informasi dan kecanggihan teknologi menjadikan manusia-pelajar cepat mengakses informasi baru. Ini sebenarnya memberikan kemudahan bagi para pelajar mengumpulkan informasi terkait materi palajaran di sekolah, dan sangat menunjang kemajuan prestasi akademik mereka.
Akan tetapi kemajuan akademik pelajar tidak selalu berbanding lurus dengan adab mereka. Kenapa demikian? Karena adab tidak terbentuk secara otomatis seiring dengan prestasi akademik. Guru sering kali dihadapkan pada situasi sulit, menghadapi pelajar yang sulit diatur, tidak disiplin, tidak hormat dan berani pada guru. Jika diberikan tindakan tegas cenderung memberontak, atau justru guru yang dituntut ke meja hijau atas tindakan tersebut. Hal ini bukan hanya terjadi pada satu, dua, tiga pelajar atau sekolah. Tapi hampir merata, tak ayal angka kenakalan remaja, tawuran pelajar, tindakan asusila dan praktek bulliying kian meningkat. Tidak hanya terjadi di sekolah umum tapi juga sekolah berbasis agama. Makanya sungguh miris jika mendengar selengtingan porsi pelajaran agama harus dikurangi untuk fokus materi Ujian Nasional demi hasil yang terbaik, atau ada pernyataan gak usah seriuslah belajar agama.
Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam bukunya Islam and Secularism mengatakan "The aim of education Islam is therefore to produce a goodman. The fundamental element in the Islamic concept of education in the inclucation of adab". Elemen mendasar dalam pendidikan yakni adab, oleh karenanya ulama salaf senantiasa mengedepankan adab dalam menuntut ilmu. " Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu", demikian yang disampaikan Imam Maliki. Imam Zakariyah al-'Anbariy juga berkata "Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa jasad".
Jadi perkara adab tidak boleh disepelehkan, seseorang yang telah menata adabnya, membersihkan hatinya akan mudah untuk meraih ilmu agama dan dunia, sebaliknya bagi orang yang tidak beradab menguasai ilmu maka tidak akan mendatangkan keberkahan. Tengok saja banyak para intelektual yang bergelar akedemik tinggi, baik dalam maupun luar negeri ternyata banyak yang menjadi daftar panjang pelaku korupsi, kriminalitas, dan tindakan buruk lain yang merugikan negara. Imam Ghazali telah berpesan dalam mukoddimah Bidayatul Hidayah, jika seseorang mencari ilmu dengan maksud sekedar hebat-hebatan, mencari pujian, atau untuk mengumpulkan harta benda, maka dia telah berjalan untuk menghancurkan agamanya, merusak dirinya sendiri, dan telah menjual akhirat dengan dunia.
Oleh karena itu, harus ada sinergi antara orang tua, sekolah, dan negara dalam mewujudkan generasi bangsa berkualitas. Terdidik dan beradab. Orang tua sebagai madrasah ula berperan menanamkan dan menguatkan keimanan anak. Orang tua menjadi teladan utama dalam membangun adab. Memperlakukan mereka dengan akhlak mulia penuh kasih sayang. Memahami anak adalah amanah dan aset akhirat. Memberikan teguran dan sanksi secara proporsional ketika anak melakukan kesalahan. Demikian halnya dilingkungan sekolah, guru menjadi teladan utama. Bagaimana guru bersikap dan memperlakukan siswa akan menjadi copy paste bagi mereka. Sempatkan barang 5 menit atau 10 menit sebelum memulai pelajaran untuk memberikan wejangan agar anak-anak menjadi pribadi yang baik. Membangun suasana interaksi di sekolah menjadikan adab sebagai habit bersama. Lebih dari itu, peranan negara sangat besar dalam menyediakan perangkat belajar yang tidak hanya berorientasi kemajuan prestasi akademik, tapi juga mengedepankan adab. Mulai dari kurikulumnya, fasilitas sekolah dan ditopang semua elemen guru untuk melaksanakan program ini dengan optimal. Negara juga harus protektif menyaring segala informasi dan budaya asing yang berpeluang menginfeksi adab negeri ini. Dengan ini besar harapan terwujud manusia-manusia yang terdidik dan beradab, berkepribadian luhur dan cerdas secara intelektual.
*) Guru Smp A. Wahid Hasyim Tebuireng